Time Indonesia – Kemajuan teknologi kini benar-benar merambah hingga ke ruang-ruang kelas di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Jeneponto. Semangat para guru SDN 6 Batang membuktikan bahwa transformasi digital dalam pendidikan dapat dimulai dari mana saja, asalkan semangat belajar dan pendampingan yang tepat terus mendorong mereka. Melalui kegiatan bertajuk “Smart Teaching”, para guru secara intensif menerima pelatihan dari dosen Universitas Muslim Maros untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran, selaras dengan kearifan lokal Jeneponto.
Ketua Tim PKM, Syamsuriana Basri, S.Pd., M.Pd., memimpin pelatihan ini. Bersama Napsawati, S.Si., M.Pd., dan A. Abd. Rahman, S.S.Pd., M.Pd., mereka memperkenalkan ChatGPT, Canva AI, DALL·E, dan Suno AI. Alat-alat canggih ini membantu guru menciptakan media ajar yang kreatif dan relevan. “Kami ingin membuktikan teknologi bisa digunakan bijak, sambil tetap menghormati budaya lokal,” ujar Syamsuriana.
Kepala Sekolah Sambut Baik Inovasi Pendidikan
Kepala UPT SDN 6 Batang, Hj. Sryanti, S.Pd., juga menyampaikan rasa bangganya atas pelatihan ini. “Anak-anak kita akan hidup di masa depan yang serba digital. Maka, penting bagi guru untuk siap lebih dulu. Terima kasih kepada tim dosen yang telah berbagi ilmu secara praktis dan aplikatif,” ucapnya.
Selama pelatihan, para guru aktif mempraktikkan pembuatan modul ajar digital, LKPD berbasis AI, serta poster edukatif yang memuat narasi-narasi lokal khas Jeneponto. Beberapa produk bahkan langsung siap mereka gunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) – Kemendiktisaintek mendanai kegiatan ini melalui program “Diktisaintek Berdampak”, yang mendorong pengabdian dosen berbasis sains dan teknologi dengan dampak langsung kepada masyarakat.
AI Perkaya Identitas Lokal dalam Pembelajaran
Seorang guru peserta pelatihan mengungkapkan, “Pelatihan ini membuka mata kami. Ternyata kami bisa berkarya dengan bantuan AI, tanpa kehilangan identitas lokal. Kami siap menjadi guru masa depan yang tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal.”
Syamsuriana Basri, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa pelatihan ini tidak berhenti sampai di sini. “Kami akan melakukan pendampingan lanjutan, baik secara luring maupun daring, agar guru-guru benar-benar mampu mempraktikkan dan mengembangkan media ajar berbasis AI secara mandiri. Ini adalah proses pemberdayaan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Pelatihan ini ditutup dengan refleksi dan evaluasi penuh semangat, yang menandai awal dari perubahan pembelajaran yang lebih inovatif dan bermakna di Jeneponto.