Berita

Dosen Unsoed Berdayakan UMKM Klanting Ubah Limbah Menjadi Energi Alternatif

486
×

Dosen Unsoed Berdayakan UMKM Klanting Ubah Limbah Menjadi Energi Alternatif

Sebarkan artikel ini

Time Indonesia – Tim dosen dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) melakukan terobosan inovatif dengan memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Klanting yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Cipto Roso di Desa Tamansari, Karanglewas, untuk mengubah limbah menjadi energi alternatif. Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan langkah konkret dalam mendukung implementasi ekonomi sirkular di tingkat desa.

Kegiatan yang diketuai oleh Niken Istikhari Muslihah, M.Sc ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun Anggaran 2025 melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat.

“Program ini bertujuan untuk memberikan solusi nyata bagi permasalahan limbah yang selama ini menjadi beban bagi KWT, sekaligus menciptakan nilai ekonomi tambahan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna,” ungkap Niken Istikhari Muslihah yang merupakan Dosen dari Jurusan Kimia, Fakultas MIPA UNSOED.

Tim pengabdian yang terdiri dari tiga dosen ini melibatkan Dian Novitasari, S.T.P., M.Si dan Kunandar Prasetyo, S.P., M.Si sebagai anggota dari Fakultas Pertanian Unsoed. Ketiganya membawa keahlian multidisiplin yang saling melengkapi dalam mengembangkan teknologi pengolahan limbah ramah lingkungan.

Desa Tamansari, Karanglewas dipilih sebagai lokasi kegiatan karena menjadi sentra utama produksi klanting yang cukup berkembang, namun menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah kulit singkong. Sebelumnya, limbah kulit singkong dari kegiatan  produksi klanting hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak bahkan tidak jarang yang  dibuang begitu saja yang pada akhirnya menjadi beban lingkungan.

Melalui pendekatan teknologi tepat guna, tim Unsoed memperkenalkan berbagai inovasi sederhana namun efektif. Limbah organik diolah menjadi biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan produksi klanting mulai dari perebusan singkong sampai penggorengan klanting. Sementara limbah anorganik diproses menjadi produk-produk bernilai ekonomis seperti kompos berkualitas tinggi dan pot biodegradable.

“Kami sangat terbantu dengan program ini. Selain mengurangi biaya pengelolaan limbah, kami juga mendapat sumber energi tambahan dan produk sampingan yang bisa dijual,” kata Haryati, selaku Ketua KWT Cipto Roso  yang menjadi mitra sasaran dalam program pengabdian Masyarakat.

Implementasi teknologi tepat guna ini tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga lingkungan. Pengurangan volume limbah yang signifikan berkontribusi pada kebersihan lingkungan desa, sementara pemanfaatan energi alternatif membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar konvensional.

Kunandar Prasetyo menjelaskan bahwa program ini mengusung konsep ekonomi sirkular dimana tidak ada limbah yang terbuang sia-sia. “Setiap output dari satu proses menjadi input untuk proses lainnya, sehingga tercipta sistem yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” terangnya.

Dian Novitasari menambahkan bahwa kegiatan ini juga melibatkan pelatihan intensif bagi para pelaku UMKM. Mulai dari pengenalan teknologi, praktik langsung, hingga manajemen usaha yang berkelanjutan. “Kami tidak hanya memberikan teknologi, tetapi juga memastikan masyarakat mampu menjalankan dan mengembangkannya secara mandiri,” ujarnya.

Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi model yang dapat direplikasi di desa-desa lain, khususnya yang memiliki potensi UMKM serupa. Tim Unsoed berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat hingga program dapat berjalan secara mandiri dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *