Time Indonesia – Munculnya kegalauan, rasa-was-was masyarakat, khususnya orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK), kelak apakah putra-putrinya bisa mandiri dan menjalani kehidupan dengan layak. Kondisi ini mendorong Universitas Surabaya (Ubaya) melakukan parenting, mendalami apa yang menjadi kebutuhan orang tua dan siswa SLB Kirana Hati Bunda Desa Tamiajeng Kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto Jawa Timur.
Sebagai tindaklanjut, Ubaya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) membentuk tim pengabdian kepada masyarakat yang diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan kemandirian siswa. Salah satunya melalui inovasi pembelajaran ketrampilan. Pembelajaran secara terpadu dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kewirausahaan bagi orang tua dan siswa anak berkebutuhan khusus (ABK).
Menurut ketua tim pemberdayaan kemitraan masyarakat {PKM} Ubaya, Aniva Kartika, kegiatan pelatihan dan pendampingan ini merupakan bagian dari Program PKM Penguatan Peran Orang Tua dan Guru dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa SLB melalui Parenting Corner, Kewirausahaan Berbasis Komunitas, dan Storytelling Digital Marketing.
Program ini mendapat support pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM), Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjend Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Sebagai tim pelaksana Aniva Kartika, dari Fakultas Psikologi selaku ketua, Juliani Dyah Trisnawati, dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Endah Asmawati, dari Teknik Informatika dan Utomo dan Kartika Erawati dari LPPM Ubaya serta mahasiswa.
Pelatihan dan pendampingan kewirausahaan berbasis keterampilan praktis ini bertujuan untuk membekali orang tua dan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan menjadi wirausaha yang mandiri berbasis potensi sumberdaya local yang ada di sekitar lokasi SLB Kirana Hati Bunda. Selain itu kegiatan juga meningkatkan kepercayaan diri dan mengembangkan usaha komunitas yang berkelanjutan.
Para peserta pelatihan mendapatkan pembekalan materi dari dosen dan mahasiswa Ubaya mencakup pemahaman tentang kewirausahaan sebagai langkah awal membangun motivasi berbisnis, dilanjutkan dengan teknik menghitung harga pokok
Setelah sesi materi, dilanjutkan dengan praktik langsung pembuatan keripik pisang, dimulai dari pemilihan bahan baku, proses pengirisan, penggorengan, hingga pengemasan produk. Peserta diberi kesempatan untuk mencoba setiap tahap, sehingga dapat memahami proses produksi secara menyeluruh.
Orang tua dan guru SLB tidak ketinggalan diberikan Pelatihan Storytelling. Hal ini berangkat dari kondisi persaingan pasar yang semakin ketat, produk dari Sekolah Luar Biasa (SLB) sering kali dipandang sebelah mata. Padahal, di balik setiap karya siswa berkebutuhan khusus, tersimpan kisah yang menyentuh hati.
Hal inilah mengapa storytelling kemampuan menyampaikan cerita di balik produk menjadi jembatan yang sangat penting. Dalam digital marketing, narasi yang menyentuh emosi terbukti membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen. Misalnya, mug ecoprint buatan Vina, seorang siswa dengan down syndrome, tidak sekadar produk kerajinan tangan. Mug itu adalah cangkir rindu, bentuk cinta Vina kepada almarhum ayahnya, yang diceritakan dalam narasi sederhana namun menyentuh hati calon pembeli, ungkap Aniva Kartika, ketua tim PKM Ubaya,
Storytelling bukan hanya memperkuat nilai produk, tetapi juga membuka peluang bagi siswa SLB untuk menunjukkan kemampuannya dan melawan stigma. Dengan menyusun narasi yang kuat dan jujur—dalam format pendek, visual menarik, dan bahasa sederhana—setiap produk SLB bisa memiliki keunggulan di pasar.
Dalam pelatihan yang dilakukan di SLB Kirana Hati Bunda, para orangtua dan guru diajak untuk tidak sekadar melihat produk sebagai benda, tapi sebagai kisah. Mereka belajar menyusun storytelling dari pengalaman nyata anak-anak, seperti bagaimana seorang anak dengan autisme belajar mengolah keripik pisang, dengan segala kesulitan yang dihadapinya, dan akhirnya berhasil. Lewat panduan wawancara dan latihan menyusun narasi, para peserta mengeksplorasi elemen-elemen cerita seperti tokoh, emosi, dan makna pribadi. Kisah-kisah yang digali lalu dikemas dalam format narasi pendek yang bisa ditempelkan pada produk dalam bentuk QR code . Para guru dan orangtua dilatih agar mampu menarasikan produk siswa menjadi kisah yang menyentuh dan inspiratif. Hasil dari pelatihan ini tidak hanya memperkuat pemasaran produk, tetapi juga membekali sekolah dan orang tua dengan kemampuan storytelling sebagai satu strategi untuk bersaing dalam pemasaran produk mereka.
Katua Yayasan SLB Kirana Hati Bunda, Sri Sumarlik., menyampaikan terima kasih dengan adanya program pelatihan dan pendampingan kewirausahaan, Pelatihan Storytelling bagi guru dan orang tua Siswa SLB yang dilakukan Ubaya. “Program pengabdian yang dilakukan dosen dan mahasiswa Ubaya sangat bermanfaat, kami mendapatakan pengalaman dan hal hal baru, orang tua dan siswa termotivasi untuk memulai atau mengembangkan usaha sendiri demi meningkatkan perekonomian keluarga”
“Dampak dari program juga sangat kami rasakan. Berhasil membentuk karakter positif bagi orang tua dan anak anak SLB kirana hati bunda terkait kewirausahaan. Anak berkebutuhan khusus memang mempunyai keterbatasan. Tetapi, hal ini tidak menjadi halangan bagi SLB Kirana Hati Bunda untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan’, ucap Sri Sumarlik dengan optimis.
Kami berharap selanjutnya tetap terjalin kerjasama dengan Ubaya, karena berdampak sangat positif. Hasilnya sudah terlihat nyata pembelajaran di SLB Kirana Hatibunda berjalan semakin baik dengan prasarana yang memadai berkat dukungan dari Ubaya, pungkas Sri Sumarlik