DaerahWisata

Tari Sakral dari Lumajang: Menari untuk Negeri, Merawat Identitas Bangsa

105
×

Tari Sakral dari Lumajang: Menari untuk Negeri, Merawat Identitas Bangsa

Sebarkan artikel ini

Time Indonesia – Kala kalender bergulir menuju Agustus, semangat merah-putih kembali menyala. Di Desa Jarit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masyarakat menyambut bulan kemerdekaan dengan cara istimewa: yakni dengan membangkitkan semangat nasionalisme melalui kesenian sakral, Tari Terbang Kalipang.

Kesenian ini bukan sekadar hiburan panggung. Ia adalah warisan spiritual dan simbol perlawanan diam-diam terhadap penjajahan, tercipta dari percampuran nilai keagamaan, bela diri, dan budaya lokal.

“Ini bukan hanya tari, tapi warisan perjuangan,” ujar  Kepala Desa Jarit, Novita Supristiwanti, pada Kamis (31/7/2025).

Tari Terbang Kalipang diciptakan oleh leluhur masyarakat Jarit, dan diwariskan secara turun-temurun. Hingga kini, Ita, salah satu keturunan pewaris, masih aktif menjadi penari dan penjaga nilai-nilai tarian ini.

Menurut Ita, tarian ini dulunya dilaksanakan sembunyi-sembunyi. Kala itu, berkumpul dalam jumlah banyak dengan semangat perjuangan bisa dianggap makar oleh penjajah. Maka, niat perjuangan disamarkan dalam bentuk ibadah. Gerakan tari menyatu dengan zikir, pencak silat, dan iringan rebana, menjadikannya sarana menyemangati rakyat tanpa harus mengangkat senjata.

Kini, meski masa kolonial telah berlalu, makna perjuangan masih melekat dalam setiap pementasan. Tari Terbang Kalipang rutin ditampilkan dalam berbagai agenda budaya, mulai dari selamatan desa hingga ajang pariwisata daerah.

Tradisi ini juga inklusif: baik laki-laki maupun perempuan dapat menari bersama, tanpa batasan gender. Masyarakat menjaga kelestariannya seperti merawat pusaka, meskipun kini mereka menghadapi tantangan baru seperti arus budaya global dan potensi klaim oleh pihak luar.

“Pembinaan berkala dari dinas kebudayaan sangat kami harapkan. Supaya kesenian ini bisa diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda dan tidak mudah diambil alih pihak lain,” tegas Ita.

Permintaan itu bukan hanya demi pengakuan formal, melainkan sebagai bentuk penghargaan atas sejarah lokal yang berakar kuat pada semangat nasional.

Dalam rangka menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia, Tari Terbang Kalipang menjadi pengingat bahwa perjuangan tidak selalu berbentuk senjata. Terkadang, ia hidup dalam gerak, dalam irama, dalam doa yang mengalir lewat seni tradisi.

Masyarakat Desa Jarit membuktikan, mencintai Indonesia bisa dilakukan dengan menari dan tak pernah lelah melestarikan warisan budaya bangsa.

Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *