Time Indonesia – Dari rumah sederhana di ujung Kota Palopo, Sulawesi Selatan, lahir semangat besar untuk mengubah masa depan. Muhammad Juanda Asrul, mahasiswa baru Program Studi Informatika Universitas Mega Buana Palopo (UMBP), menjadi salah satu penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) tahun 2025—sebuah program strategis pemerintah untuk memastikan tidak ada anak bangsa yang tertinggal dalam mengenyam pendidikan tinggi.
Sabtu (4/10/2025), rumah Juanda mendapat kunjungan istimewa dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiktisaintek, Khairul Munadi, didampingi Rektor Universitas Mega Buana Palopo Nilawati Uly dan Kepala LLDIKTI Wilayah IX. Kunjungan tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan simbol nyata kehadiran negara dalam membuka jalan bagi generasi muda berprestasi dari berbagai latar belakang ekonomi.
“Jangan pernah ragu untuk terus melangkah. Pendidikan kini menjadi prioritas. Dengan belajar, insya Allah terbuka jalan menuju berbagai kesempatan lainnya,” pesan Dirjen Khairul, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Minggu (5/10/2025).
Ia menegaskan, pemerintah ingin memastikan pendidikan tinggi inklusif dan merata dari Sabang sampai Merauke, sehingga setiap anak bangsa memiliki peluang yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Khairul juga menyampaikan salam hangat dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto, sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap pemerataan akses pendidikan tinggi.
Secara simbolik, Dirjen Khairul menyerahkan KIP Kuliah dan perangkat laptop kepada Juanda, sebagai penanda dukungan nyata pemerintah terhadap keberlanjutan studinya.
“Pemerintah hadir untuk memastikan akses pendidikan tinggi terbuka luas bagi semua anak bangsa. KIP Kuliah bukan hanya bantuan biaya, tetapi juga investasi masa depan bangsa,” ujar Khairul.
Rektor UMBP Nilawati Uly menyatakan, pihaknya berkomitmen memastikan program KIP Kuliah tepat sasaran. “Kami sangat berhati-hati dalam menentukan penerima KIP Kuliah. Kami ingin program ini benar-benar membantu mahasiswa yang membutuhkan, sekaligus mendorong mereka untuk terus berprestasi,” tegasnya.
Bagi Juanda, beasiswa ini adalah wujud nyata dari doa dan perjuangan kedua orang tuanya. Ayahnya yang dulunya bekerja sebagai tukang ojek kini tengah berjuang melawan stroke, sementara ibunya tetap setia mendampingi keluarga.
“Setiap hari saya belajar di kamar kecil beratapkan seng. Di sela waktu kuliah nanti, saya tetap akan membantu di rumah makan tempat saya bekerja. Semua saya lakukan untuk membahagiakan orang tua,” ungkap Juanda dengan mata berkaca-kaca.
Program KIP Kuliah merupakan bagian dari komitmen pemerintah mewujudkan pemerataan pendidikan tinggi yang berkualitas dan inklusif. Di bawah semangat Diktisaintek Berdampak, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menegaskan bahwa tidak ada batasan untuk bermimpi, dan pendidikan adalah hak seluruh rakyat Indonesia.
Kisah Juanda menjadi potret nyata bagaimana kebijakan publik yang dirancang dengan visi pemerataan dapat mengubah masa depan seseorang, bahkan sebuah keluarga. Dari Palopo, semangat itu kini menjadi inspirasi bagi ribuan mahasiswa penerima KIP Kuliah di seluruh Indonesia—bahwa pendidikan tinggi bukanlah hak istimewa, melainkan hak semua anak bangsa.a