Time Indonesia – Olahraga Gateball kini mulai melanda Sleman. Hampir seluruh kalurahan di wilayah Kabupaten Sleman memiliki setidaknya satu lapangan rumput, bahkan beberapa lebih dari satu, yang menjadi faktor pendukung utama pesatnya perkembangan olahraga ini.
“Gateball yang masuk ke Jogja sekitar tahun 2008 kini berkembang pesat,” ujar Surayati Supangat, pengurus Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (Pergatsi) Sleman, di sela-sela kegiatan latihan di Lapangan Pemda Sleman, Sabtu (26/7/2025).
Gateball dikenal sebagai olahraga ringan yang tidak membatasi usia maupun jenis kelamin. “Justru yang paling menarik, tua-muda, laki-laki-perempuan bisa membaur dan main bersama,” ujar Surayati, pensiunan arkeolog dari Dinas Kebudayaan, yang masih aktif bermain di usia senja.
Menurutnya, selain di Lapangan Pemda Sleman, aktivitas serupa juga rutin dilakukan di Alun-Alun Denggung dan beberapa lapangan lain di wilayah Sleman. Olahraga ini telah menjadi media pertemuan lintas usia dan memperkuat hubungan sosial antarwarga.
Gateball berasal dari olahraga Croquet dari Perancis, yang kemudian diadaptasi menjadi permainan baru oleh seorang veteran perang Jepang pada 1947. Permainan ini mulai masuk ke Indonesia sekitar 1974, diperkenalkan oleh turis Jepang di Bali. Kini, Gateball telah diakui KONI, dipertandingkan sebagai exhibition sport di PON, dan direncanakan masuk dalam ajang SEA Games mendatang.
Permainan ini melibatkan dua regu, masing-masing memainkan bola berwarna merah dan putih. Bola yang lebih berat dari bola tenis dipukul menggunakan tongkat khusus melewati serangkaian gawang kecil. Meskipun tampak sederhana, permainan ini membutuhkan strategi dan kerja sama tim yang kuat.
Dengan karakteristiknya yang inklusif dan ringan, Gateball tak hanya menjadi olahraga baru di Sleman, tetapi juga sarana interaksi sosial yang menyenangkan dan edukatif. (Sadhono Hadi/KIM Senyum Tempel)