Time Indonesia,
Fenomena kecanduan gim online semakin terlihat di kalangan remaja dan mahasiswa. Awalnya gim hanya menjadi hiburan, namun kini banyak pemain menghabiskan waktu berlebihan sehingga terganggu belajar maupun kehidupan sosial.
Menurut laman ANTARA https://www.antaranews.com/berita/4854733/wamendukbangga-perlu-peran-orang-tua-cegah-anak-kecanduan-gim, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menegaskan perlunya peran orang tua. Tanpa pengawasan, risiko kecanduan gim daring bisa meningkat pesat.
Sekolah juga mulai menemukan kasus serupa. Menurut laman Kompas https://www.kompas.com/jawa-barat/read/2025/05/05/121644988/siswa-terindikasi-gemulai-dan-kecanduan-game-online-dibina-program?page=all, beberapa siswa di Kabupaten Cianjur mengikuti pembinaan khusus. Program tersebut bertujuan mengembalikan disiplin serta menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Dampak kecanduan tidak berhenti pada nilai akademik. Ahli kesehatan mental mencatat banyak remaja dan mahasiswa mengalami stres, gangguan tidur, hingga menurunnya interaksi sosial. Beberapa mahasiswa bahkan melewatkan kelas karena bermain gim hingga larut malam.
Selain itu, kompetisi dalam gim sering memicu tekanan. Pemain merasa harus selalu menang agar tidak ketinggalan dari teman sebayanya. Tekanan ini membuat sebagian anak muda mengalami kecemasan berlebih dan merasa kurang puas dengan dirinya.
Solusi perlu datang dari berbagai pihak. Orang tua bisa menetapkan batas waktu bermain, sedangkan sekolah dan kampus menyediakan alternatif kegiatan seperti olahraga atau seni. Pemerintah juga diharapkan memperkuat regulasi gim serta menyebarkan edukasi literasi digital.
