KesehatanNasional

Cegah Stunting Naik, Dinkes Ternate Perkuat Edukasi Gizi dan Kolaborasi Lintas Sektor

186
×

Cegah Stunting Naik, Dinkes Ternate Perkuat Edukasi Gizi dan Kolaborasi Lintas Sektor

Sebarkan artikel ini

Time Indonesia – angka stunting di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, mengalami peningkatan pada 2024. Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), jumlah balita yang mengalami stunting naik dari 303 anak pada Agustus 2023 menjadi 412 anak per Juni 2024.

Total jumlah balita yang tercatat dalam sistem juga menurun, dari 11.480 anak pada 2023 menjadi 10.269 anak pada 2024.

Penurunan jumlah balita ini, sayangnya, tidak diikuti dengan penurunan angka stunting, yang justru meningkat di berbagai wilayah.

Hal tersebut disampaikan oleh Staf Bidang Penanganan Stunting Dinas Kesehatan Kota Ternate, Rulliy Agung Pratama, di Ternate, Selasa (22/7/2025).

Ia menyebut, peningkatan kasus turut mendorong kenaikan prevalensi stunting dari 3,02 persen menjadi 4,1 persen.

“Pulau Hiri tercatat sebagai wilayah dengan angka tertinggi, yakni 17,89 persen, naik dari 16,6 persen tahun sebelumnya,” kata Agung.

Lebih lanjut dijelaskan, pada 2023 wilayah dengan angka stunting tertinggi setelah Pulau Hiri adalah Kelurahan Jambula (7,79 persen) dan Kelurahan Sulamadaha (6,86 persen).

Sementara itu, pada 2024, Puskesmas Kalumpang mengalami lonjakan signifikan dari 2,52 persen menjadi 4,6 persen. Meskipun prevalensi di Jambula sedikit menurun menjadi 6,98 persen, wilayah ini masih termasuk dalam lima besar.

“Lalu Puskesmas Siko dan Bahari Berkesan menjadi wilayah dengan angka terendah dengan 1,89 persen dan 1,12 persen,” jelas dia.

Agung mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama stunting adalah kurangnya pemahaman terkait pemberian ASI eksklusif pada bayi.

“Lambung bayi usia 0–6 bulan masih sangat kecil. Pemberian makanan padat terlalu dini bisa mengganggu pertumbuhan. Setelah enam bulan, bayi baru boleh diberi makanan pendamping ASI sesuai usia,” ujar dia.

Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kesehatan telah menyiapkan berbagai strategi jangka pendek dan jangka panjang.

“Dalam waktu dekat, upaya difokuskan pada pemenuhan gizi ibu sebelum hamil, termasuk edukasi soal lingkar lengan ideal (minimal 23,5 cm), serta peningkatan konsumsi makanan bergizi,” tuturnya.

“Makanan yang baik dan cukup jumlahnya penting, karena ini memengaruhi kondisi psikologis ibu dan berat lahir bayi,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa bayi yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram lebih rentan mengalami keterlambatan perkembangan motorik.

Oleh karena itu, imunisasi dasar, pemberian vitamin, dan pelayanan kesehatan yang tepat sasaran juga menjadi prioritas utama.

Dalam jangka panjang, Dinkes Kota Ternate menekankan pentingnya perubahan perilaku melalui edukasi dan konseling berkelanjutan kepada ibu hamil, remaja, dan calon pengantin.

“Koordinasi lintas sektor termasuk dengan KUA juga dilakukan untuk menyasar calon pengantin agar siap secara gizi dan kesehatan,” ujar dia.

Agung menambahkan, Pemerintah Kota Ternate bersama Dinkes dan instansi terkait terus mengacu pada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan dalam upaya optimalisasi penanganan stunting.

“Meski angka masih meningkat, kami optimistis upaya kolaboratif lintas sektor dapat memperbaiki kualitas gizi anak-anak ke depan,” kata dia.

Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *